Snippet
Malam ini menenggelamkan ku dan menutup mata hati ku
Memang ku salah yang
tak pernah berkata apa ada nya
terlalu awal untuk ku
jika harus merasakan kecewa
Ternyata hanya dia yang mampu membuat kamu bahagia
Terkadang bulan mampu lebih terang dari matahari
Namun ku tak bisa melakukan nya dan ku harus terluka
Andaikan aku mampu
Untuk ucapkan rasa ku
Mungkin tak akan seperti ini
Dan dia pun kan mengerti
Di dalam kesediahan ku
Di dalam hari-hari ku
Masih tak percaya
aku merasa terjatuh
Membuat aku rapuh
Saat kau pergi
Kematian telah bedakan kita
Terpisah oleh ruang dan waktu
Kembalikan waktu saat ku bersamanya
Saat masa terindah dua insan mencinta
Lihatlah aku disini , sakit menikam jiwa
Sewaktu-waktu bisa lumpuhkan
aku …. Disini…
tentang semua ini
Kau telah tiada dan telah pergi
Memang masih slalu
teringat masa lalu itu
Bahkan sempat memponis aku tak kan pernah sembuh dari
lukanya
Hal sepertinya mustahil
bagi ku, tetapi tangan tuhan berkehendak lain
Dengan hikmah yang tak
pernah terpikirkan oleh ku , tuhan pun menunjukanya
Berawal dari mana aku pun tak mengerti
Bahkan sekarang mulai mengendalikan pikiran ku, karena harus
mengingatnya
Aku berusaha menolak semua nya tapi
Aku akui aku tak
bisa, karena aku mulai merasa nyama dalam kendalinya
Aku tak mau terlalu jauh lebih dalam jatuh kedalam rasa ku
sendiri
Karena belum tentu dia mengerti dengan apa yang ku rasa sekarang.
Hay,…. kamu yang di panggil nyanyian
Biasa nya orang hindu menyebut kamu nyanyian
Tembang yang di lantunkan begitu merdu
Dan lagu begitu
syahdu berdendang
Dengan kidung-kidung cinta penuh rasa
“Cening putri ayu
Ngijeng cening jumah
Meme luas malu
Ke peken meblanja
Apang ada darang nasi
Meme tiang ngiring
Ngijeng tiang jumah
Sambilang mepunpun
Ajak titiang dadua
Di tekane nyen gapgapin”
Kini hilang dan semua nya lenyap segala yang ada dalam benak ku
Kekosongan menguasai hati
seakan bebas dan tak terkendali
Semua nya hilang saat genggaman ini lepas
Semuanya hilang saat apa yang ku anggap benar
Ternyata yang kuhela selama ini
Hanya nafas kekosongan di jiwa
Tatapan yang terbatas
tak mampu pandangi apa yang aku rasa
Jiwa yang tenang mendadak sepi tak mampu kembali
Namun ku slalu menjaga api agar tetap menyala
Kerena aku takut dalam kegelapan diri ini
Biarkan mereka panggil aku si majnun
Biarkan mereka bilang aku hamba yang hina
Karena aku ingin menjadi cahaya kecil dalam kegelapan
Aku tak mau jadi cahaya di bawah sinar mentari .
Mereka terlalu mudah ungkapkan surga
Dan mereka terlalu gampang gambarkan neraka
Mereka slalu bilang surga ini itu penuh dengan kenikmatan
Dan mereka gambarkan neraka begini begitu dengan kengerian
Padahal surga dan neraka itu
Belum pernah terpikirkan oleh otak
Belum pernah terlihat oleh mata
Belum pernah terlintas oleh hati
Jadi surga yang mereka bayangkan kenikmatan itu hanya
sebagian paling terkecil
Dari apa yang mereka banyangkan kenikmatan .
Dan nerakan yang mereka bilang dengan penuh kengerian itu
pun hanya bagian kecil
Dari apa yang mereka bilang kengerian.
7 lapis surga dan 7 lapis neraka akan di huni oleh makhluk
Dengan apa yang mereka lakukan di masa hidup
Karena ” hidup hanya untuk kehidupan”.
.
.